About

Low Effect Syndrome : Mendapat Lebih dengan Usaha yang Sekecil-kecilnya

Selamat malam Diariers, Apa kabar, bung?

Hari ini saya mau berbagi sedikit pengalaman yang mungkin dapat menjadi pelajaran berharga bagi kita semua.

Siapa sih yang gak mau hadiah dengan cuma-cuma?. Siapa pulak yang gak mau hadiah dari event give away?. Nah, mungkin analogi seperti ini cocok untuk topik kali ini.

Kita pasti mengerjakan sesuatu untuk mendapatkan hasil yang maksimal bukan?. Namun, banyak di antara kita yang menginginkan hasil yang maksimal dengan usaha yang sedikit?. "Lah, emang salah ya bung?. Kan berdasarkan prinsip ekonomi…" Ya, mengorbankan hal sekecil-kecilnya untuk mendapatkan hasil yang sebanyak-banyaknya. Namun, konteks yang saya maksud bukanlah begitu. 

pixabay.com


Banyak siswa, gak semua ya, ngerjai tugas seperlunya aja, men-copas dari kawannya, mesen joki, dan lain-lain. Nah, sekarang pertanyaannya, mengapa demikian?. Salah satunya adalah dikarenakan siswa-siswi tersebut ingin mendapat hasil yang maksimal, tetapi dengan usaha yang sedikit. Nah, apalagi di masa pandemi saat ini, hal-hal begini sangat mudah terjadi. Hal ini dikarenakan bukan lagi guru/teman yang mengawasi, namun hanya teknologi dan diri kita yang mengawasi diri kita sendiri. 

Nah, karena banyaknya teman-teman kita yang melakukan hal begini, mereka yang bekerja lebih untuk mendapatkan usaha yang lebih seolah-olah disingkirkan. Hal ini tidak secara mutlak dilakukan dengan melakukan perlakuan fisik, namun dapat juga berupa kata-kata seperti:”ah, apaan sih lu, ambis banget, udah ah, kan gak kepake sih, hush”. (walaupun sepertinya agak berlebihan sih heeh). Nah, cap anak “ambis” bagi mereka yang kurang kuat mentalnya pasti akan menjadi tantangan besar bagi mereka. Cap tersebut bisa saja menghantui mereka untuk berhenti berusaha, menjatuhkan mental serta cita mereka, bahkan membuat mereka merasa diri mereka salah. Lagi pula, kalo gak ada anak-anak ambis, mau dari mana tugas-tugas tersebut?.

Kejadian usaha-hasil seperti ini sering disebut dengan “Low Effect Syndrome”.

Saya juga pernah mengalami hal tersebut, dulu, saat masa awal-awal SMP kali ya. Dicap sebagai anak “ambis” karena hanya ngerjai PR, (waduh). Namun, saya bersyukur, saya saat itu gak nerima begitu aja, saya berpikir, “mungkin aku di lingkungan yang salah kali ya...”. Tahun berikutnya, saya masuk ke kelas baru dengan lingkungan baru .(Puji Tuhan)

Tapi, gak bisa ditolak sih, mental saya sejak saat itu jauh lebih kuat dari sebelumnya. Terima kasih yang pernah ngatain saya ambis 😁 hehe.

Nah, jadi,  saya mau para Diariers semua jauh-jauh deh dari mental beginian. Namanya aja udah syndrome alias penyakit yang gak bakalan guna bahkan membawa dampak buruk nantinya.

Memang, kita mendapatkan hasil berupa pujian, nilai, grade, atau apapun itu dari cara ini. Namun, semestinya kita perlu sadari bahwa kita tak dapat apa-apa dari hal itu. Kita hanya membuang waktu saja. Cek: Pentingnya Disiplin Waktu

Takutnya, hal-hal seperti ini terbawa hingga dewasa, nah orang-orang seperti ini nantinya sulit untuk meraih kesuksesan, kasarnya, gak akan kepake di masyarakat. 

Nah, gak mau kan begitu?. Udah waktu terbuang, biaya sekolah sia-sia, masa depan pun buram.

Memang hasilnya tidak akan langsung terjadi jika kita berusaha lebih. Tapi ingat pepatah yang mengatakan (sudah sangat familiar pastinya), “Usaha tidak akan menghianati hasil”

Jika kita berusaha maka kita akan semakin terasah. Seperti pisau, jika terasah akan semakin tajam dan semakin mahal pula. Tentunya untuk mengasah pisau butuh waktu, tidak bisa instant.

Tidak perlu diperpanjang lagi nih sepertinya, begitulah sedikit pengalaman saya mengenai Low Effort Syndrom ini, semoga kita jauh-jauh ya dari syndrome ini. Sebagai penutup blog kali ini,  saya ingin menyampaikan sebuah quote yaitu :

“Kepuasan itu terletak pada usaha bukan pada pencapaian hasil. Berusaha keras adalah kemenangan besar”

-Mahatma Gandhi 

Salam Diary!

Sampai jumpa kembali!



King747 Saya seorang pelajar tingkat menegah atas yang sedang menempuh tingkat akhir (12 SMA). Saya menyukai sastra dan sains.

0 Response to "Low Effect Syndrome : Mendapat Lebih dengan Usaha yang Sekecil-kecilnya"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel