About

Self-control, Sebuah Soft-skill Pada Remaja dan Pemuda untuk Berkarya

Halo Diariers, jumpa lagi, Bung. 

Apa kabar, Bung?. Sehat selalu ya…

Nah, kali ini saya ingin memaparkan sebuah soft-skill yang seharusnya dimiliki oleh pemuda di zaman era modern serta serba digital ini. Soft-skill ini tentunya sangat dibutuhkan agar anda dapat bekerja serta berkarya di kemudian hari bahkan hari ini juga.

https://pixabay.com/

Apakah itu?. Sesuai judul blog di atas, softkill tersebut adalah Self-control (kontrol diri). Di sini saya tidak memaparkan bagaimana kita mengontrol diri terhadap berbagai distraksi seperti, distraksi dari sosial media, game, atau apapun itu. Namun, saya akan memaparkan apa yang bisa kita kontrol dan apa yang tidak bisa kita control. 

“Sebenarnya untuk apa topik ini Anda bahas, Bung?.” Jadi, saya lahir kembali tepat hari ini hehe. Nah, saya menyadari salah satu soft-skill yang membawa saya sampai titik ini untuk menulis blog, yaitu Self-control. Seringkali remaja dan pemuda kita saat ini tidak dapat berbuat sesuatu kepada sekitar atau mengungkapkan ide/pikirannya, bukan karena dia tidak punya ide tersebut melainkan mereka takut untuk melakukannya.

Pada dasarnya, sesuatu yang berkaitan dengan kontrol ini dibagi 2, yaitu

  1. Sesuatu yang pada dasarnya dapat kita kontrol
  2. Sesuatu yang di luar kontrol kita, alias hanya dapat dikontrol oleh orang lain

  • Sesuatu yang dapat kita control. Semua yang kita lakukan tentu dapat kita kontrol, hanya saja kita sering keteteran dalam melakukannya. Tak perlu jauh-jauh, di sekitar kita ada handphone yang selalu menemani hidup kita. Terkadang atau bahkan sering, kita terlena akan HP kita, selalu membuka hidup si HP tanpa mengetahui manfaat yang jelas.Tapi di sini saya akan menerangkannya kaitannya dengan berbuat kepada sekitar. Misalkan, kita ingin menuliskan opini kita mengenai film yang bagus di sosial media kita. Kita tentu dapat menulisnya, tak ada yang melarang kita untuk menuliskannya. Kita hanya perlu memperhatikan mana saja yang perlu dituliskan, memperbaiki gagasan sesuai kalimat yang kita anggap pas. Tidak harus sesuai EYD, kok. Kalau kita sudah menuliskannya , kita bisa belajar dari sebelumnya.
  • Sesuatu yang tidak dapat kita control. Hal tersebut adalah perbuatan oleh orang lain. Kita tentu saja tidak dapat mengontrol perbuatan orang lain agar melakukan A atau B yang sesuai pada benak kita. Nah, remaja zaman sekarang seringkali kali terlalu overthinking terhadap hal tersebut. “Maksudnya, Bung?”. Jadi misalnya begini, “aku mau rekomendasi film ini ah, lewat instasoryku, eh tapi gimana ya kalau mereka gak suka, nanti kalo mereka dah nonton dan ternayata B aja giamana ya?”. Nah, begitulah contoh sederhananya, kita seringkali memikirkan orang lain dibandingkan proyek kita, bahkan seakan-akan seperti hanya memedulikan orang lain tanpa memedulikan diri sendiri. Kita bahkan belum menulis review tersebut, tapi sudah berpikir panjang. Hadeh. Stop overhinking.

Disini saya akan berikan beberapa tips untuk menghilangkan rasa overthinking tersebut.

  1. Dekatkan diri kepada yang Maha Kuasa. Sering-seringlah berdoa, jika rasa overthinking tersebut datang, coba dekatkan dirimu kepada Tuhan. Ini sangat Worth it. Ingat, Tuhan selalu mendengar mereka yang meminta. 
  2. Cari teman curhatmu. Eits bukan teman ghibah ya hehe, tapi teman yang senantiasa mendengarkanmu. Dia pasti memberikan solusi yang baik kepadamu, secara tak sadar pikiranmu akan kembali bersih.
  3. Makan yang manis-manis. Saya juga baru tahu dari blog Zenius kala itu. Ternyata makanan yang bersifat manis seperti coklat dapat menurunkan rasa overthinking-mu.

Nah, jadi sudah tahu kan bung sekalian, bahwa kita hanya perlu memulai, cobalah dulu untuk melakukan hal yang melibatkan sekitarmu. Jangan terlalu banyak berpikir. Kerjakanlah sekarang. Jangankan sekitarmu akan men-judge kamu, pastinya jika lingkungan yang baik akan selalu mendukungmu bahkan memberikan kritik yang membangunmu ke depan.

Saya pernah mendengarkan podcast kurang lebih begini, “Thingking makes thinking, but action makes result. Result makes confidence. And confidence will break your limit”. “Maksudnya, Bung?”. Jadi kan, Bung, kita hanya perlu beraksi jangan hanya berpikir saja. Nantinya, hasil dari aksi kita tersebut akan membawakan hasil yang menumbuhkan rasa percaya diri kita. Rasa percaya diri ini akan dapat mematahkan yang kita pandang mustahil sebelumnya.

Saya sertakan hak-hal mana yang bisa kamu kontrol, mana yang tidak.

Yang bisa kamu kontrol adalah tentunya segala sesuatu apa yang anda perbuat, pikirkan,rasakan. Yang tidak bisa anda kontrol, tentunya segala reaksi, pikiran, keputusan orang lain.

Jadi jangan serta merta menghabiskan waktumu serta energi pada apa yang tidak bisa anda kontrol. Fokuslah pada apa yang bisa anda kontrol.

Untuk mengakhiri blog kali, saya akan memberikan quotes spesial bagi Diariers, isinya begini:

"Self-discipline begins with mastery of your thoughts. If you don't control what you think, you can't control what you do"

- Anonymous

Salam Diary

Sampai jumpa kembali!

King747 Saya seorang pelajar tingkat menegah atas yang sedang menempuh tingkat akhir (12 SMA). Saya menyukai sastra dan sains.

0 Response to "Self-control, Sebuah Soft-skill Pada Remaja dan Pemuda untuk Berkarya"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel